Monday, January 9, 2017

Megahnya Masjid Agung Pasir pangaraian

Memanfaatkan sisa cuti suami tahun ini, saya merencanakan untuk berwisata religi ke pasir pangaraian. Konon kabarnya disini terdapat masjid yang terkenal karena keindahan dan kemegahannya, bahkan telah dinobatkan sebagai masjid terbaik di Indonesia pada tahun 2015 oleh kementrian agama republik Indonesia, salute!!!  Jadi biar tidak penasaran makanya saya sempatkan juga untuk mengunjungi masjid ini mumpung saya masih tinggal di Duri, Riau yang memang bertetangga dekat dengan kota pasir pangaraian.
Bagi anda yang belum tau, Masjid agung madani islamic centre atau biasa disebut MAMIC ini masuk kedalam provinsi Riau tepatnya di kota pasir pangaraian kabupaten rokan hulu. Belum banyak yang bisa saya riset tentang jalur menuju pasir pangaraian ini selain kabar bahwa kondisi jalan yang kurang bagus dan tidak banyaknya obyek wisata lain disekitar masjid. Tapi karena rasa penasaran, kami tetap memutuskan untuk pergi ke masjid MAMIC pasir pangaraian.
Berbekal google maps di hp android, saya sebagai navigator suami langsung mensetting GPS menuju MAMIC. Hasil pencarian gps, jarak tempuh dari Duri menuju MAMIC 142km dengan rute ujung batu-bekasap-sontang-rambah hilir. Meskipun GPS memperkirakan waktu tempuhnya 3jam an tapi saya tetap berkeyakinan bahwa itu tidak benar hehe... 
Perjalanan dimulai dari Duri pukul 09.30wib, kami menuju arah rangau hingga melewati fasilitas PT.Chevron di bekasap kami belok kanan sampai di pertigaan RM Famili anda kami belok kiri dan terus mengikuti jalan hingga terlihat papan penunjuk arah pasir pangaraian baru kami belok kiri. Diperjalanan ini anda bisa menemukan pemukiman suku Sakai, suku asli Riau. Kalau sudah terlihat pemukiman ini lebih baik anda mengurangi kecepatan laju kendaraan sepelan mungkin agar mobil mudah diberhentikan saat ada ayam atau hewan ternak lain yang tiba-tiba menyeberang. Ini untuk menghindari anda dituntut ganti rugi yang fantastis oleh orang Sakai bila tidak sengaja menabrak hewan peliharaan mereka. Sampai dengan jalur ini penumpang mobil masih bisalah tidur nyenyak karena kondisi jalan masih bisa ditoleransi tingkat kerusakannya, mayoritas masih bagus lah kalau sampai disini. 
Saat anda menemukan rumah makan "RODA BARU" di kanan jalan, berarti waktunya anda belok kiri untuk selanjutnya menyusuri daerah Kota Lama. Jalannya mulusss, aspal beton jadi kendaraan bisa dipacu lebih kencang, tapiii hanya sebentar saja. Sesudahnya anda akan menikmati jalur off road selama kurang lebih 20km, welcome to Indonesia. Kalau kendaraan anda berjenis sedan dan semacamnya, lebih baik anda memutar saja lewat pekanbaru-bangkinang karena dibeberapa titik jalannya berlumpur dengan lobang yang sebesar kolam mandi anak gajah(hiperbolis sih ini tapi aseli lobangnya ngeri ngeri sedap dalemnya) dan bila hujan bisa berpotensi selip. FYI jalur ini kanan kirinya hanya kebon kosong jadi kalo mobil bermasalah agak susah meminta bantuan kecuali bila ada kendaraan lain yang melintas dan mau dimintai pertolongan. Setelah segala macam doa dibaca (doa makan yang paling sering sih) hingga nazar mengurangi porsi makan bila bisa keluar dari jalur ini tanpa kurang apapun, kami akhirnya bisa melalui jalur off road dengan selamat, Alhamdulillah ya Allah. 
Kota tengah Bonai darussalam menjadi tempat berpenduduk pertama yang saya temui setelah sekian lama ber off road ria. Dari kota tengah ini kondisi jalan sudah cukup bagus beraspal, masih ada beberapa titik yang rusak tapi tidak separah kota lama. Masuk kota Sontang jalan mulus beraspal namun berkelok-kelok tetapi datar seperti jalan di harau sumbar. Kanan kiri padat penduduk dan sisanya hutan, bila anda kehabisan bensin disini ada SPBU pasti pas dan juga alfamart (indomart belum ada barangkali ada yang ingin ber invest). Singkat cerita dari mulai kota tengah hingga akhir perjalanan MAMIC pasir pangaraian, kondisi jalan mayoritas bagus. 
Memasuki kota pasir pangaraian jam tangan saya menunjukkan pukul 13,30wib(4 jam perjalanan), anda akan disuguhkan jalan yang sangat lebar dan sepi seperti halnya jalan di Siak. Hingga perhatian langsung tertuju pada bangunan masjid yang sangat besar dan indah, MAMIC pasir pangaraian. Tampak luar, bangunan masjid ini tinggi dan besar. Awalnya agak bingung juga harus masuk masjid darimana, akhirnya diputuskan lewat pintu utama masjid. Menaiki anak tangga yang lumayan tinggi, kita bisa melihat halaman depan masjid dengan kolam airnya yang indah.
Tampak samping masjid

Menara masjid

Halaman depan masjid



Karena waktu sholat ashar masih lama maka kami memutuskan untuk naik ke menara masjid yang juga merupakan tujuan favorit wisatawan yang berkunjung kesini. Dengan membayar tiket Rp10.000 untuk dewasa dan Rp5000 untuk anak-anak usia SD keatas, kami mengantri didepan lift yang akan mengantar kami naik ke menara yang tingginya setara gedung 14 lantai. Pemandangan dari atas menara cukup indah, kita bisa melihat lanscape kota pasir pangaraian yang memang didominasi hutan sawit :)


Liftnya hanya 1

View diatas menara

View diatas menara

View diatas menara


Ini kursi selfie, abaikan pose modelnya

Puas melihat pemandangan dari atas menara, kami melanjutkan tur berkeliling masjid. Dari tempat wudlu sayangnya saya harus sedikit kecewa karena adanya bau pesing yang sangat tajam disekitar tempat wudlu yang memang bergabung dengan toilet. Wastafel didepan toilet juga bocor jadi airnya menyembur menggenangi lantai tempat wudlu sehingga membuat tempat wudlunya juga terkesan agak kurang bersih. Bau pesing tadi juga akhirnya membuat saya agak underestimate dengan toiletnya jadi saya tidak menggunakan toilet sama sekali selama di masjid.




Bila tadi halaman luar masjid, hal yang berbeda justru saya temukan di teras masjid dan bagian dalam masjid. Teras masjid bersih sekali dan terasa lebih dingin lantainya. Masuk lagi kedalam masjid, subhanallah indahnya, ruangan dalam masjid dilengkapi AC (meskipun tidak dingin-dingin amat) yang jelas indah deh interiornya berkelas, megah dan mewah. Alhamdulilah akhirnya bisa diberi kesempatan untuk menginjakkan kaki dan sholat di masjid indah ini. 
Teras depan
Bedug raksasa











Setelah sholat ashar saya melanjutkan perjalanan ke Pekanbaru. Sebenarnya ingin balik Duri saja tetapi mengingat sudah sore dan jalur ke Duri yang agak mendebarkan makanya saya berganti tujuan via pekanbaru. Jarak tempuhnya memang lebih lama tetapi kondisi jalan 90% bagus, sepanjang jalan juga lebih banyak melewati pemukiman penduduk dan lalu lintasnya juga ramai jadi menurut saya lebih aman.