Tuesday, December 29, 2015

perjalanan ferry Dumai ke Melaka

Menutup liburan akhir tahun 2015 kali ini saya memilih Kuala Lumpur sebagai tujuan wisata keluarga. Bukan mau sok-sokan liburan ke luar negeri lho tetapi semata-mata karena liburan ke Kuala Lumpur jauh lebih ekonomis dibanding pilihan wisata di tempat lainnya. Kok bisa?? ya bisa lah karena tempat tinggal saya memang dekat sekali dengan negeri jiran ini. Waktu itu suami mengusulkan liburan ke Jogja saja sekalian nengok ibu yang memang tinggal di Jogja, tetapi setelah dihitung-hitung ternyata biaya ke Jogja sudah diluar budget kami dan akhirmya diputuskan akhir tahun ini kami sekeluarga akan melancong ke Kuala Lumpur. 
Kebetulan saya tinggal di Duri Mandau provinsi Riau, untuk pergi ke Kuala Lumpur kami bisa saja naik pesawat dari bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru tetapi pastinya ongkosnya akan lebih mahal apalagi di hari natal ini pasti harga tiket pesawat melonjak naik. Jadi kami putuskan menggunakan moda transportasi yang tentunya lebih hemat yaitu dengan naik kapal ferry dari Dumai menuju Melaka dan berlanjut ke Kuala Lumpur dengan bus. Dari Duri ke Dumai hanya berjarak 70km saja bisa ditempuh dengan menggunakan mobil pribadi selama 1,5jam kemudian lanjut ke pelabuhan ferry yang terletak tidak jauh dari kantor imigrasi Dumai.
Perjalanan kami dimulai dari Duri pukul 05.00 wib dengan mobil pribadi dan tiba di Dumai pukul 06.30wib. Tujuan kami adalah Indomal express, tempat dimana saya membeli tiket ferry Dumai-Melaka. Kami berangkat pagi karena harus menukarkan tiket boarding dulu ke indomal express dan biar ada waktu santai untuk sarapan sebelum kami menyeberang ke Melaka. Sesampainya di Indomal ternyata lumayan juga yang mengantri, rupanya banyak juga yang akan melancong ke negeri Jiran seperti kami. Oh iya harga tiket ferry pulang pergi (PP) Dumai -Melaka untuk dewasa Rp.610.000 dan anak-anak Rp.310.000. Harga tiket ini sudah naik per 1 September 2015, karena sebelumnya kami ke Melaka bulan mei 2015 harga tiket dewasa Rp.550.000 dan anak-anak Rp 280.000. Hari ini kebetulan ada 2 ferry yang berangkat ke Melaka mungkin karena libur panjang ya, biasanya sih hanya 1 ferry saja. Ferry berangkat pukul 10.00wib(update desember 2016 berangkat pukul 9.30) dan 11.00wib, saya untungnya dapat yang jam 10.00wib.
Saat sampai di pelabuhan, pintu pelabuhan belum dibuka jadi kami dan banyak calon penumpang lainnya terpaksa menunggu diluar. Tak berapa lama kemudian pintu dibuka dan kami mengantri imigrasi di pelabuhan Dumai. Kira-kira 30 menit kemudian baru kami bisa masuk ke kapal ferry. Sebelum masuk ke ferry, 1 tas jinjing kami diharuskan untuk dimasukkan bagasi dengan alasan ferry penuh penumpang hari itu, kami diminta membayar Rp.2000 untuk membagasikan tas kami(update desember 2016 per tas jadi rp5000). Setelah masuk ferry, kami diarahkan untuk duduk sesuai dengan nomer kursi yang tertera di tiket kami, saat itu kami mendapat kursi di lantai 2. Pukul 10.15wib ferry berangkat menuju Melaka. Tak banyak yang bisa dilakukan di dalam ferry selain tidur dan nonton film yang diputar didalam ferry. Di lantai 2 ini cukup enak karena ombak di laut tidak begitu terasa jadi tidak bikin mabuk laut. Bila anda tidak sempat sarapan di Dumai jangan khawatir karena di dalam kapal akan dibagikan bihun goreng tanpa telur dan air mineral. Atau bila masih lapar bisa memesan popmie pada petugas kapal. 
Setelah 2,5jam dilanda kebosanan didalam kapal akhirnya ferry merapat di pelabuhan Melaka. Suasana yang jauh berbeda akan anda rasakan setelah turun dari ferry. Bangunan pelabuhan di Melaka ini sangat bagus, bersih dan rapi, sangat kontras dengan pelabuhan di Dumai. Begitu anda turun dari ferry, tas-tas yang tadi anda bagasikan akan dijajar rapi oleh petugas. Anda tinggal ambil saja tas anda tanpa dikenakan biaya sepeserpun. Kemudian anda masuk ke imigrasi di Melaka, ada 6 lajur untuk mengantri namun antrian untuk warga asing biasanya hanya 4 lajur saja sedangkan 2 lajur lainnya khusus untuk warga negara Malaysia. Antrian sangat tertib, bila lajur warga negara Malaysia kosong, kita akan diarahkan oleh petugas untuk boleh mengantri di lajur khusus warga malaysia tersebut. Saat lajur antrian baru dibuka, ada bapak-bapak warga Indonesia yang antriannya di belakang langsung berusaha menyerobot masuk di lajur baru tersebut. Dan yang dilakukan petugas imigrasi Malaysia sungguh keren, bapak-bapak yang menyerobot tadi dikembalikan ke antrian semula dan mempersilahkan orang yang antri paling depan untuk pindah lajur baru tersebut agar bisa segera dilayani. Hal ini juga berlaku untuk rombongan, anda tetap diperlakukan yang sama dengan penumpang lainnya, tetap mengantri sesuai urutan. Luar biasaaaaa!!!!! seandainya semua petugas imigrasi di Indonesia bermental seperti ini ya, ah hanya mimpi saja ini sih. 
Saat mengantri imigrasi jangan lupa siapkan paspor anda, nanti anda akan diminta menunjukkan paspor dan menempelkan kedua telunjuk jari tangan kanan dan kiri pada alat sensor mereka. Setelah kurang lebih 30 menit mengantri di imigrasi barang-barang kami harus melewati xray dulu sebelum bisa kami bawa keluar dari pelabuhan Melaka ini. Tak lupa kami juga menukarkan uang rupiah kami ke ringgit di kaunter tiket ferry di dalam pelabuhan sekalian lapor untuk perjalanan balik kami dari Melaka ke Dumai. Pelaporan tiket ini penting anda lakukan agar disaat anda kembali ke Dumai nantinya bisa mendapatkan kursi yang anda inginkan dan mendapat ferry dengan jam yang paling awal(bila ada beberapa ferry yang berangkat). Sebenarnya tiket ferry ini berlaku sampai 6 bulan sejak tanggal pembelian tiket. Jadi bila anda berangkat tanggal 24 Desember 2015, anda boleh kembali ke Dumai lagi selambat-lambatnya tanggal 24Juni 2016.

Friday, December 18, 2015

menghilangkan noda minyak pada kain pel dengan mudah

Bagi ibu-ibu yang suka menghabiskan waktu di dapur pastilah pernah beberapa kali mengalami kecelakaan kecil saat memasak, entah itu kecipratan minyak saat menggoreng atau teriris pisau saat memotong atau mengiris bumbu. Sama halnya seperti yang saya alami beberapa waktu yang lalu, karena kecerobohan saya minyak goreng yang masih sebotol itu tumpah tak bersisa. Alhasil sebagian lantai dapur banjir minyak. 
Karena saya memang tidak punya asisten, terpaksalah harus turun tangan sendiri untuk membersihkan bencana ini. Saya ambil kain lap untuk menyeka minyak yang banjir tersebut. Kemudian saya pel dengan kain pel biasa yang hanya dibasahi air. Lalu sayapun melanjutkan memasak hingga this is it masakan ala saya tersaji di meja makan. 
Berniat leyeh-leyeh setelah berjuang di dapur, saat saya akan mengambil air minum. Ternyata oh ternyata lantai dapur yang telah saya bersihkan tadi masih sangat berminyak. Akibatnya lantai ruangan lainnya juga terkena imbas berminyak karena jejak-jejak kaki yang wira-wiri. Sayapun akhirnya mengambil kain pel yang saya beri deterjen lalu saya pel lagi lantai dapur tersebut. Kemudian saya bilas lagi menggunakan pel dengan air bersih. Setelah lantai kering, lantai pun masih beminyak: ( saya ulangi lagi mengepel dengan cairan pembersih lantai. Setelah kering, masih tetap berminyak, ternyata karena kain pel yang saya gunakan berbekas noda minyak. Pengen nangis rasanya huaaaaaa.....sudahlah akhirnya saya biarkan begitu saja.
Keesokan harinya, saya cuci kain pel dengan deterjen, saya ulangi mencuci hingga beberapa kali hingga saya rendam beberapa waktu tetapi kain pel saya juga masih tetap berminyak. Kalo begini tidak mungkin kain pel ini saya gunakan untuk mengepel lantai, boro-boro lantai bersih, berminyak iya deh. Setengah putus asa sambil mencuci piring saya melihat tagline di bungkus sabun pencuci piring tersebut "membersihkan minyak membandel". Tanpa pikir panjang langsung saya coba pada kain pel saya. Saya tuang cairan pencuci piring tersebut lalu saya kucek kain pelnya. Dan wholaaaa....kain pel saya terasa keset tak berminyak. Alhamdulillah langsung sujud syukur deh hehehe
Setelah saya cuci kain pel dengan sabun cuci piring, saya lanjut mengepel lantai dapur yang terkena minyak kemarin, tentu saja dengan ditambah cairan pembersih lantai. Alhamdulillah lantai pun menjadi bersih, keset dan kinclong lagi yeayyyy.
Luar biasa memang ya, pengalaman emang guru yang paling berharga. Jadi bagi anda yang mengalami nasib serupa seperti saya sediakan saja sabun cuci piring dan uang tambahan untuk beli minyak goreng lagi hhahahaa

Masakan paling enak adalah masakan ibu

Sebagai seorang ibu, tentu tak asing lagi dengan pekerjaan memasak. Apalagi bila sudah punya krucil di rumah. Pekerjaan memasak ini semacam wajib ain bagi kaum ibu sekalipun hanya membuatkan telor ceplok.
Namun yang jadi persoalan adalah tidak semua makhluk tuhan paling sexy aka perempuan ini dikaruniai kemampuan dan bakat untuk menyajikan masakan setaraf para chef yang sering tampil di tv. Dan sayalah salah satunya hehe. Saya sadar diri kalo saya kurang pintar memasak. Terkadang masakan yang sama bisa berbeda rasa saat dimasak di lain waktu. Biasanya saya suka melihat-lihat aneka resep dan tutorial memasak yang bersliweran di internet sebelum memasak. Saya ikutin betul-betul step by stepnya agar masakan saya sesuai dengan yang terpampang di gambar blog masak tersebut. Cara ini kadang berhasil tetepi tak sedikit juga yang gagal heehehe maklum koki amatir. 
Saya juga seneng banget lihat acara memasak di tv. Kalo liat di tv sepertinya gampang banget ya, tinggal iris-iris cemplung-cemplung and this is it masakanpun jadi ditambah plating yang cantik banget dari chefnya seolah-olah semakin memperkuat bahwa masakan tersebut memang maknyus, top markotop dan lazizzz. Eh begitu pas dipraktekkin ternyata ya susah. Berkali-kali dirasain kayaknya kurang garam, setelah ditambahin garam rasanya jadi kurang manis, ditambahin gula berasa kurang asin, begitu terus sampe pada akhirnya rasa masakannya jauh dari yang diharapkan. Kalo udah begitu tinggal doa aja yang bisa dilakukan. Berdoa semoga masakannya laku sama orang rumah hehe
Kalo jam makan tiba jadi muncul perasaan dagdigdug. Berasa kayak ikut audisi masterchef yang sedang dikomentari jurinya. Pas suami makan sambil diliatin aja gimana ekspresinya. Tapi dasar suami saya taunya rasa masakan itu ya cuma enak dan enak banget. Mungkin dia cari aman aja sih biar tetep dimasakin. Beda bapak beda anak nih, 2 krucil jagoan saya inilah biasanya yang berperan sebagai gordon ramsey di rumah. Enak tidaknya masakan saya sangat tergantung dari seberapa tertarik mereka mau makan dan berapa banyak nambah masakan saya. Kalo masakan saya terlihat memikat indera penglihatannya dan mereka bisa menghabiskan sepiring makanannya, syukur-syukur pake nambah berarti saya sukses. Tapi lain ceritanya kalo mereka gak selera makan masakan saya, bakal membuat susasana hati saya galau sepanjang hari hhehehe...
Jadi bagi saya bukan seberapa mewah dan banyak bahan  yang saya gunakan untuk masak untuk menentukan masakan saya enak. 
Tapi cukup anak-anak saya doyan makan saja itu menurut saya sudah menjadi menu masakan paling istimewa dan paling enak yang pernah saya masak. Apalagi kalo ditambah pujian dari anak-anak kalo masakan ibuk enak,bakal menjadikan saya semangat seharian menjalani pekerjaan rumah tangga hehehe.

Thursday, December 10, 2015

wisata ke Rupat


Alhamdulillah akhirnya kesampaian juga main ke pulau rupat berkat ajakan dari tetangga saya yang baik hati, mbak Riha. Sejak saya tinggal di Duri Riau ini memang agak susah menemukan tempat yang layak disebut obyek wisata. Yang ada hanya hutan sawit dan tanah gundul bekas hutan sawit yang terbakar atau sengaja dibakar oleh oknum yang emang hobi bakar-bakar :)
Kembali ke cerita pulau Rupat. Pulau Rupat ini merupakan salah satu pulau yang dimiliki oleh kabupaten Bengkalis. Letaknya diapit oleh kota dumai dan selat malaka. Kalo dibaca di wikipedia ternyata pulau Rupat ini luasnya 1500km2, 4 kali lebih luas dari Surabaya tapi jumlah penduduknya hanya sekitar 47.000jiwa dibanding Surabaya yang nyampe hampir 3jt jiwa. Pantesan aja kemaren pas main kesana lumayan sepi, rumahnya juga gak dempet-dempet kayak di Surabaya :)
persiapan sebelum berangkat
Jalan-jalan ke Rupat kali ini saya tidak sendiri tetapi bawa banyak rombongan dari kantor suami. Kami rencananya akan konvoi 7 mobil. Perjalanan dari Duri ke teluk Rhu pulau Rupat ini sungguh memerlukan kesabaran dan juga cemilan yang super banyak untuk menjaga stamina anda tetap fit selama off road di dalam mobil. Kami berangkat dari Duri jam 06.30wib dan sampai di Dumai jam 8.00wib, sebelum menuju ke pelabuhan kami mampir ke spbu di Dumai untuk isi bensin kendaraan kami hingga penuh. Ini untuk mengantisipasi kami kehabisan bensin selama di Rupat karena memang di Rupat tidak ada spbu. Jadi pastikan anda mengisi bensin kendaraan anda dulu sebelum menyeberang ke pulau Rupat. Setelah isi bensin perjalanan kami pun berlanjut ke pelabuhan. Dan disinilah ujian kesabaran yang pertama dimulai. Rombongan kami sampai di pelabuhan roro Dumai sekitar jam 8.30wib dan perkiraan kami pukul 9.00wib bisa langsung berangkat menyeberang pulau. Saat sampai di pelabuhan memang terlihat antrian yang agak kurang jelas, mungkin karena kondisi fisik pelabuhan yang sedang renovasi ini jadinya membuat jalur antrian semrawut. Rombongan kami terpaksa parkir diluar pelabuhan dan setelah 30 menit mengantri tanpa kepastian akhirnya ada berita sedikit melegakan. Kami bisa berangkat sejam lagi setelah salah satu petugas pelabuhan meminta uang rokok berkoordinasi dengan petugas pelabuhan lainnya. Jam 10.00wib rombongan kami bisa masuk ke parkiran dalam pelabuhan, tapi belum juga bisa naik ke kapal. Perut sudah mulai keroncongan akhirnya kamipun membuka bekal yang kami bawa dari rumah untuk sarapan. Kami memang sengaja membawa bekal karena sepanjang jalan dumai ke tanjung medang rupat susah mencari tempat makan. Dua jam berlalu akhirnya tepat pukul 12.00wib kami baru bisa naik kapal dan menyeberang ke pulau Rupat. Tau gitu tadi gak usah deh "bagi2 permen" di pelabuhan.

menunggu di pelabuhan
masih menunggu di pelabuhan

Untuk menyeberang ke Rupat dari Dumai biayanya Rp.100.000 untuk mobil dan Rp.10.000 per penumpang, lama menyeberang hanya 30 menit. Kapal untuk menyeberang ke Rupat umumnya hanya kapal kecil dengan kapasitas kurang lebih 14 mobil. Kondisi dalam kapal yang saya tumpangi saat menyeberang ke Rupat menurut saya agak kurang bersih, sayang gak sempet foto disini, kurang menarik soalnya hehe. Turun dari kapal perjalanan kami lanjutkan ke tanjung medang, teluk Rhu tempat dimana kami akan bermalam. Namun karena perut sudah mulai lapar kami mampir ke sebuah masjid tidak jauh dari pelabuhan. Setelah numpang sholat kami membuka kembali bekal makanan yang kami bawa dari rumah untuk makan siang. Kira-kira pukul 13.30wib kami melanjutkan perjalanan kembali menuju ke tanjung medang teluk Rhu. Berbagai kondisi jalan kami lewati mulai dari jalan beton, aspal, makadam dan tanah berlumpur. Skiil mengemudi benar-benar diuji disini apalagi mobil saya mempunyai ground clearance rendah. Beberapa kali mobil saya membentur tanah karena saking ekstremnya medan yang dilalui.
jalan beton, mobil aman
agak off road








Untuk mencapai tanjung medang memang banyak sekali ditemui persimpangan jalan, namun papan penunjuk arah juga akan sering kita jumpai jadi tinggal ikuti saja arah ke pantai tanjung medang. Tidak perlu GPS untuk sampai ke pantai teluk rhu di tanjung medang ini, cukup lihat papan penunjuk arah atau bertanya saja pada penduduk lokal kalau kurang yakin hehe..
kalo nemu papan seperti ini, belok kanan ya ke arah pantai teluk rhu
Pukul 16.30wib kami sampai di penginapan wisma mutiara, penginapan yang langsung menghadap ke pantai. Saat kami kesini tamu wisma mutiara cukup ramai. Dengan tarif permalam Rp250.000 AC dan Rp.200.000 non AC wisma ini menawarkan view laut dari tiap kamar. Ibu pemilik wisma juga sangat ramah pada tamu, hanya saja kebetulan saya mendapat kamar dengan kamar mandi shower yang airnya kurang kencang jadi untuk mandi jadi terasa kurang segar. 
wisma mutiara
Setelah check in dan menaruh barang-barang, kami langsung bergegas main ke pantai. Ombaknya yang kecil menjadikan pantai ini cocok untuk tempat bermain anak-anak, sembari mengawasi anak-anak main di pantai ibu-ibu bersiap untuk rujakan. Oiya kalo siang hingga sore biasanya hewan ternak penduduk lokal dilepas begitu saja, ada ayam, kambing dan juga sapi. Seekor kambing malah ada yang sempat nyelonong ke tikar kami mau ambil buah yang akan kami pakai rujakan hehehe
rujakan depan wisma





Dikarenakan wisma ini tidak menyediakan makan malam dan sarapan jadi bagi anda yang ingin menginap disini sebaiknya membawa perbekalan sendiri. Biasanya pengunjung disini membawa juga magic com untuk memasak nasi dan lauk yang tidak mudah basi. Ibu pemilik wismanya baik kok, anda tidak akan dikenakan charge tambahan hanya karena menggunakan magic com. Kalau membawa alat bakar juga boleh, seperti halnya yang kami lakukan. Dari Duri kami sengaja membawa jagung manis, ayam ungkep dan sosis berbumbu untuk kami bakar rame-rame malam harinya. Sambil menggelar tikar di tepi pantai untuk menikmati hidangan bakar kami, suasananya mirip lah seperti sedang candle light dinner di jimbaran Bali cuma kurang lilinnya aja sih ini.

bakar-bakar tepi pantai
dinner tepi pantai tanpa lilin :)
Pagi-pagi kami sengaja bangun awal untuk melihat matahari terbit yang katanya indah banget. Beruntungnya saya meskipun kurang bisa memotret tapi bisa dapat foto-foto yang bagus karena dalam rombongan ini banyak fotografer handal yang ikut yeayy..

menunggu matahari terbit
beautifull sunrise pantai teluk rhu


Mumpung belum terlalu panas kami juga akhirnya menyewa banana boat milik penginapan ini. Untuk satu boat isi 7 orang tarifnya Rp.210.000 cukup terjangkau kalau bawa rombongan banyak.





Setelah puas bermain di pantai maka kami harus bergegas pulang ke Duri lagi dengan mengejar kapal roro yang katanya hanya beroperasi sampai jam 17.00wib saja. Di perjalanan kami sempatkan mampir beli terasi yang memang oleh-oleh khas pantai teluk rhu. Terasinya terbuat dari rebon asli tanpa campuran apapun, dijual dengan harga Rp.25.000/kg nya.
oleh-oleh khas pantai teluk rhu
terasi asli dari rebon
udang rebon
Cukup menyenangkan main-main ke pantai teluk rhu di Tanjung Medang pulau Rupat ini. Apalagi kalau jalan menuju pantai sudah beraspal semua dan kapal roro juga terjadwal dengan baik pasti banyak wisatawan yang tertarik mengunjungi pantai teluk rhu ini. Pengalaman agak kurang menyenangkan saat hendak kembali ke Duri tetap saja seputar kapal roro. Sore itu kami masih harus menunggu selama 4,5jam hanya untuk mengantri kapal yang lagi-lagi tidak pasti jadwalnya. Antrian yang makin menumpuk, anak rewel menjadikan emosi makin naik. Petugas pelabuhanpun juga seperti orang amnesia yang tidak tau apa-apa kalau ditanya kepastian keberangkatan kapal. Sangat memalukan memang kondisi layanan publik di negri ini. Banyaknya oknum nakal dan layanan yang tidak mengenakkan mungkin yang menjadikan pulau rupat jadi kurang diminati wisatawan.